Kamis, 14 Juni 2012

Entrepreneurships Da'i-Politisi ISLAM

Rasulullah S.A.W beserta para sahabat merupakan pribadi-pribadi unggul yang tidak terbantahkan lagi dalam dakwah dan politik. Nun jauh sebelum beliau-beliu menjadi juru dakwah dan kepala Negara telah dikenal sebagai usahawan,pedagang dan pebisnis yang tangguh. Gelar al Amin yang disandang Muhammad remaja sebagai gelar seorang pedagang yang jujur. Demikian pula Abubakar ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan lain-lain merupakan para usahawan sukses, jujur dan tangguh sebelum menjadi pendakwah dan pemimpin Negara. Dengan kesuksesan bisnisnya, Rasulullah SAW dan para sahabat menjadi ringan langkahnya dalam berdakwah tanpa harus mencari donator atau sumbangan. Sumbangan dan infaq sadaqah dari para pengikut dakwah sebagai bentuk kesadaran beramal jariyah meneladani para pemimpinnya dalam mengeluarkan hartanya untuk kejayaan dakwah Islamiyyah. Demikian pula ketika menjadi pemimpin Negara, Rasulullah SAW dan sahabat dengan mudah membuat kebijakan-kebijakan untuk kemakmuran rakyat,bangsa dan Negara tanpa tendensi memperkaya diri dan keluarganya. Kebijakan-kebijakan ekonomi Negara efektif dan efisien sebagaimana beliau mengelola perusahaannya dengan profesionalisme tinggi. Menilik situasi politik Negara Kesatuan Republik Indonesia dewasa ini, dimana para negarawan cenderung mencari nafkah dari uang Negara/rakyat baik secara sah maupun tidak, telah menyebabkan beban utang Negara semakin besar. Mencari nafkah dari uang Negara/rakyat secara sah seolah-olah tidak masalah karena telah disepakati oleh lembaga eksekutif,legislative,yudikatif. Maka tampaklah para pemimpin maupun anggota eksekutif, legislative, yudikatif merasa sah mempertontonkan kemewahan mereka ditengah belum meratanya kesejahteraan rakyat. Mereka yang tinggal di Jakarta dimana jalan-jalannya dipenuhi mobil mewah, gedung-gedung pencakar langit dan mal-mal yang memajang produk mutakhir berharga wah merasa wajar menyesuaikan diri dengan kehidupan hedonis ibukota tanpa menyadari disekitar Bogor,Tangerang,Bekasi masih banyak gedung sekolah reyot, desa-desa belum teraliri listrik, air bersih dll. Menilik kondisi di luar Jawa bahkan lebih parah kesenjangan kesejahteraannya dengan Jawa. Alangkah indahnya jika para da’i politisi Islam dengan bekal finansial yang kuat mempelopori gaji tunjangan wakil rakyat dan pejabat negara yang kecil karena telah memiliki perusahaan yang sehat. Menolak studibanding ke luar negeri dengan uang rakyat karena telah terbiasa ke luar negeri dengan dana perusahaan dan untuk urusan perusahaan. Menolak mobil mewah made in luar negeri, cukup dengan mobil nasional made in Indonesia demi mendongkrak industry mobil nasional karena telah puas mengendarai mobil mewah milik pribadi/ perusahaan tanpa uang Negara/rakyat. Saatnya generasi muda Islam Indonesia menempa jiwa entrepreneurships pada diri dan generasi berikutnya. Entrepreneurships sebagai mindset dimanapun berada, baik sebagai pegawai negeri, swasta apalagi yang telah terjun sebagai wiraswasta. Dunia kerja dan dunia usaha harus menjadi prioritas dibandingkan politik praktis. Terlalu dini terjun ke dunia politik bisa mengakibatkan gagap budaya karena politik membutuhkan dana yang besar, menawarkan kemewahan sesaat, uang cepat, jalan-jalan ke luar negeri dengan uang rakyat dsb. Politisi dan pejabat Negara bermental miskin sangat berbahaya karena Negara akan dibisniskan demi kepentingan pribadi,keluarga dan kelompoknya. Politisi dan pejabat negara bermental kaya dengan mindset entrepreneurshipsnya memberikan bisnisnya secara materi maupun nilai-nilai profesionalismenya dalam mengelola Negara. Tidak rugi mengesampingkan sejenak politik praktis demi membangun profesionalisme bisnis dan basis finansial yang kuat guna mendukung dakwah menuju kemenangan ekonomi politik Islam yang kuat di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar